Jejak Swiss di Tanah Deli, Sepenggal Sejarah Helvietta

Sejarah Kota Medan

topmetro.news – Sejarah Kota Medan tidak bisa dilepaskan dari Kolonialisme Belanda. Negeri Kincir Angin tersebut pernah menancapkan ‘kuku’-nya di wilayah Tanah Deli lewat penempatan militer hingga membuka perkebunan tembakau raksasa.

Namun, Belanda bukan satu-satunya. Adalah Swiss (Switzerland dalam Bahasa Inggris) yang turut mewarnai sejarah Kota Medan. Terutama di salah satu di antara 21 kecamatan yang ada, yakni Medan Helvetia. Helvetia merupakan nama lain dari Swiss atau personifikasi perempuan untuk Swiss.

Helvetica (nama lain Helvetia) juga merupakan salah satu font huruf yang diciptakan seorang kebangsaaan Swiss Max Miedinger (sumber wikipedia.org) pada 1957. Tidak diketahui pasti seberapa luas perkebunan milik Swiss tersebut dulunya. Namun, diperkirakan, luas kecamatan Medan Helvetia saat ini, yakni 15,44 kilometer (km) persegi, merupakan sebagian kecil dari wilayah perkebunan tersebut.

BACA | Cerita tentang Suku Boti di Timor Tengah Selatan NTT

Helvetica ke Helvetia

Mots and Breker mendirikan perkebunan tembakau di Deli bernama Konigsgrätz, yang selanjutnya bernama Helvetia hingga kini.

Namun, Wakil Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed), Erond Damanik menuturkan hal berbeda. “Helvetica merupakan nama satu wilayah yang ada di Swiss. Selanjutnya, pada zaman perkebunan masuk, perusahaan perkebunan Swiss yang mendapat konsesi dari Sultan Deli membuat nama Helvetica Estate. Nama itu akhirnya menjadi penamaan daerah tersebut,” tutur Erond belum lama ini.

Wilayah Medan Helvetia yang ada saat ini, menurut Erond, merupakan sebagian dari Perkebunan Helvetia yang luasnya mencapai arah Pulo Brayan, ringroad, Plaza Millenium, hingga sampai ke Perumnas Helvetia. Sebagian kawasan tersebut saat ini juga masuk dalam wilayah Deliserdang.

“Helvetia itu merupakan perkebunan yang mendapat konsesi dari Sultan Deli. Sama seperti wilayah Polonia yang merupakan perkebunan milik Polandia. Marelan yang dulu merupakan perkebunan Maryland Estate dari Amerika Serikat. Serta Moravia (Ceko) yang saat ini bernama Tanjung Morawa. Kalau luasnya nggak tahu, karena semua arsip terkait luas perkebunan itu berada di Belanda,” katanya.

Setelah lama menjadi lahan tidur usai ditinggalkan sebagai perkebunan, pada rentang waktu 1974-1982, dibangunlah Perumnas Helvetia. Lalu menjalar ke kawasan lain seperti Perumnas Mandala dan Perumnas Simalingkar. Sementara itu, http://tembakaudeli.blogspot.co m menyebutkan, Perkebunan Helvetia Estate dibuka melalui Konsesi Nomor 3, tanggal 18 Oktober 1874 dan berakhir tanggal 15 Oktober 1957.

Helvetia mendapat 3.900 bahu tanah dengan budidaya tembakau dan pala. Pada catatan Kolonial Versalg 1881, Administrator Onderneming Helvetia ini adalah TW Jambroes Wortmann dan hasil yang diperoleh pada tahun itu sebanyak Fl.209.461. Jumlah kuli kontrak sebanyak 295 orang. Pada catatan tahun 1891, onderneming ini dibeli seseorang berkebangsaan Jerman, yaitu AH Baron von Horn von der Horck dengan Administrator AJ Rose.

Perjanjian Rahasia

Hasil yang diperoleh pada waktu itu sebanyak Fl.822.400 dengan jumlah kuli China 585 orang, Jawa 169 orang, Klings (Tamil) satu orang dan Bawean 90 orang. Tapi sayang, Baron tidak dapat lebih lama lagi menjalankan onderneming ini.

Pada sekitar akhir 1899, Baron mengadakan perjanjian rahasia kepada Raja Siantar.

Yang mana dalam perjanjian itu, Raja Siantar meminta kepada Baron untuk mendatangkan pasukan Jerman guna mengusir Belanda dari Siantar. Upahnya adalah Raja Siantar akan memberikan tanah kepada Baron untuk dijadikan perkebunan. Tapi, sayang rencana itu cepat tercium Belanda hingga akhirnya Baron diusir dari Sumatera Timur.

Pada catatan kolonial 1900, Onderneming Helvetia ini sudah menjadi milik kongsian antara Deli Maatschappij dan Handels en Cultuurmatschappij Helvetia. Pada awal tahun ini jumlah lahan konsesi Helvetia menjadi 3.900 bidang dengan 512 m2 dari 6.000 m2 lahan yang telah digarap.

Hasil yang diperoleh sebanyak 4.950 pikol. Jumlah kuli kontrak meningkat menjadi 848 orang. Terdiri atas 424 Orang China, 128 Orang Jawa, 32 Orang Kling (Tamil), dan Bawean 13 orang. Sedangkan kuli lokalnya menurut catatan kolonial tahun 1896 terdiri atas 48 Orang Batak dan Melayu 10.

sumber | sindonews.com

Related posts

Leave a Comment